Posted by : Unknown
Jumat, 10 Mei 2013
Ini percakapan saya yang pertama semenjak kita berpisah. Sudah
satu bulan lebih aku tak melihat wajahnya, tak mendengar suaranya. Aku bahagia, karena sudah lama tak kudengar
suara merdunya. Jantungku berdetak tak karuan dan seirama dengan bunyi yang
dihasilkan jarum jam di dinding kamar. Sunyi, sepi, dan ku mulai topik
pembicaraan tentang kabarnya. Tak lupa kutanyakan tentang kabar kuliahnya. Dia terus
bercerita tentang masalah yang membebaninya, tentang kehidupan yang telah ia
lalui. Aku hanya mendengarkan dari balik telpon dan sesekali ikut prihatin akan
situasi yang terjadi. Namun aku disini juga tak dapat berbuat apa-apa. Bahkan untuk
diriku sendiri, aku masih belum dapat tegar dan masih serapuh daun kering yang
retak dan patah oleh sinar sang surya.
Hey masa laluku, ayolah ceritakan apa yang ada di benakmu. Aku
ingin sekali mendengar ceritamu. Tolong jangan anggap aku sebagai mantan
kekasih, anggaplah aku sebagai teman dan sahabat. Karena apa? Seorang mantan
kekasih tidak akan bisa lai membuatmu bahagia karena dia hanya butiran dari
masalalumu. Sedangkan sahabat, tentu masih bisa mendengarkan cerita dan berbagi
pengalaman. Aku hanya berharap selalu
bisa buat kamu tersenyum.
“Ia aku ngerti koq. Tapi untuk saat ini aku memang sulit
percaya sama semua orang termasuk kamu, kecuali pacar baruku”
“kamu pernah hidup bersamaku sudah hampir 3 tahun, gak mungkin
aku berusaha menjatuhkanmu. Buktinya aku selalu mengingatkanmu meskipun kamu
selalu bilang aku sudah tak berhak mencampuri segala urusanmu di dunia”
Satu per-satu masalah akhirnya mendapatkan titik terang. Selama
ini, mungkin aku salah karena hanya mendengarkan ocehan dari makhluk bermuka
dua. Aku hanya bisa mendengar curahanmu saja. Curahan dari orang yang pernah
hidup dan tinggal di hati dan pikiranku. Akupun menjelaskan tentang perasaan
yang aku rasakan sekarang.
“aku sekarang sudah tidak mencintaimu lagi, walaupun aku
sering merindukanmu, itu hanya karena aku belum terbiasa tanpa kabar darimu. HP
ini terasa sepi tanpa pesan teks dari nomermu. Mungkin karena aku masih belum
dapat penggantimu”.
Setelah menceritakan semua beban yang dia pikul, diapun
pamit untuk mengerjakan kewajibannya sebagai mahasiswa. Yapp, tugas yang sangat
menhantuinya setiap hari. Tak lupa akupun memberi semangat.