Posted by : Unknown
Jumat, 23 Mei 2014
Tadi
malam saat dini hari secara tidak sengaja gue melihat berita tentang SDA yang
dijadikan tersangka oleh KPK. Padahal niat utamanya sih, gue mau nonton FTV karena sedang insomnia. Dalam berita tersebut
dijelaskan bahwa Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Menteri Agama Suryadharma Ali
(SDA) sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam penyelenggaraan ibadah haji
di Kementerian Agama tahun anggaran 2012-2013. Tentu berita tersebut merupakan
berita yang “hot”, mengingat
tersangkanya adalah seorang Menteri Agama. Karena tidak puas dengan pemberitaan
tersebut, gue mencoba browsing mencari referensi dari berbagai sumber, salah
satunya seperti berita http://news.liputan6.com/read/2053549/terjerat-dugaan-korupsi-di-tanah-suci .
Dari beberapa portal berita yang gue baca, ternyata
tidak hanya SDA yang sedang dijadikan “buruan” oleh KPK, namun beberapa pejabat
lainnya. Ketua umum PPP tersebut diduga melanggar Pasal 2 ayat (1) dan atau Pasal 3 Undang-Undang (UU) Nomor 31/1999
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor) jo pasal 55 ayat (1) ke-(1) Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Pasal 2 ayat (1) dan atau pasal 3 tersebut intinya melakukan
penyalahgunaan kewenangan secara melawan hukum dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, sehingga dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Efek yang
timbul dari berbagai pemberitaan tersebut tentu sangat besar dampaknya bagi
masyarakat dan menimbulkan rasa pesimis tidak terkecuali gue. Sejenak yang
terlintas di pikiran gue saat itu, “Menteri
agama, katakanlah seseorang yang taat beribadah dan selalu ingat sama Tuhan
saja masih berani mengambil barang yang bukan Haknya, Bagaimana dengan
pejabat-pejabat lain?”. Memang bagaimanapun juga SDA tetaplah manusia yang
bisa saja berbuat khilaf, namun segelintir pertanyaan yang timbul di benak gue
adalah apakah korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia? Bagaimana dengan
pendidikan di Indonesia? Khususnya pendidikan
Akhlak dan kejujuran.
Begitu banyak
pejabat yang melakukan korupsi di negeri ini. Untuk kalangan pejabat daerah
sudah ratusan yang berurusan dengan KPK, sedangkan pejabat tinggi negara
lainnya adalah:
- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Alfian Mallarangeng yang tersandung kasus dugaan korupsi Proyek Hambalang,
- mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar yang saat ini menghadapi persidangan kasus dugaan penerimaan gratifikasi terkait sengketa sejumlah pilkada,
- mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo yang dijadikan tersangka kasus dugaan korupsi terkait keberatan pajak di hari terakhir masa dinasnya,
- Anas tersandung kasus dugaan korupsi dan pencucian uang proyek Hambalang,
- Lutfhi telah diganjar hukuman 16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider kurungan 1 tahun penjara dalam kasus suap pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian.
Sebagai wujud
dari rasa penasaran gue tentang dampak yang ditimbulkan, gue mencoba melihat
bagaimana tanggapan masyarakat, khususnya di dunia maya. Gue ambil dua buah
media sosial seperti Facebook dan Twitter. Untuk komentar-komentarnya silahkan
dilihat sendiri
Kalau sudah demikian, masih wajarkah rasa pesimisme muncul di
kalangan masyarakat? Rasanya sangat sulit bagi masyarakat untuk memilih
pemimpin yang benar-benar bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Begitu kompleks permasalahan yang terjadi di negeri ini. Politik, Ekonomi,
Perang antar Suku dan kerusuhan sudah menjadi hal yang biasa bagi penikmat
media. Seperti berita http://metro.news.viva.co.id/news/read/506460-tas-gelandangan-ini-berisi-uang-rp19-juta-dan-kunci-mobil?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
Dalam berita
tersebut dijelaskan seorang
gelandangan kedapatan memiliki uang sebanyak Rp 19 juta. Dia kena razia petugas
Satpol PP Jakarta Barat pada 16 Mei lalu. Mike yang terjaring razia kemudian
dibawa ke Panti Sosial Bina Laras (PSBL) II, di Jalan Raya Binamarga no 38
Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Seluruh petugas terkejut saat memeriksa
tas Mike yang berisi uang belasan juta dan sebuah kunci mobil.
Kasus serupa pernah tertangkap
media, Pak Walang dan Sa’aran, dua orang pengemis tajir yang memiliki uang
senilai 25 juta rupiah. Setelah ditangkap, Walang mengaku kapok mengemis di
Jakarta. Sepulangnya ke kampung halaman, dia akan kembali berjualan ternak
dengan modal dari uang yang dimilikinya saat ini.
Banyak sekali permasalahan yang sedang diderita Negara kepulauan ini. Media juga secara tidak langsung berperan dalam menciptakan rasa pesimis yang terjadi di masyarakat. Bagaimana tidak, setiap hari kita dicekoki dengan berita yang isinya mayoritas negatif seperti korupsi, pencabulan, perampokan dll. Peran media lebih dibutuhkan untuk mengimbangi rasa pesimisme dengan cara menampilkan berita positif yang berisi prestasi ataupun hal-hal baik lainnya. Dengan begitu diharapkan akan timbul semangat dan rasa optimis dalam masyarakat dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dan maju, Amin.