Posted by : Unknown Sabtu, 24 Mei 2014


Kebersamaan, canda dan tawa, serta keceriaan yang biasa tergambar dari raut wajah anak-anak Indonesia perlahan hilang. Berganti raut muka keseriusan serta sikap individual yang tercermin dari generasi muda saat ini. Bahkan tak jarang ucapan kotor dan kasar terlontar disela keseharian mereka. 
Bermain bersama mungkin sudah jarang dilakukan oleh anak-anak untuk saat ini, karena di era sekarang anak-anak jarang bermain bersama-sama. Mengapa demikian? Karena anak-anak saat ini hampir tidak mengenal permainan tradisional. Banyak yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu sendiri untuk bermain dengan permainan yang ada di gadget atau dunia online. Apakah permainan yang ada untuk saat ini memang menuntut anak untuk individualis? Tidak seperti permainan dahulu yang memuntut kebersamaan. Jaman memang telah berganti, namun apakah budaya bermain pada anak-anak juga harus terganti?
Sungguh memprihatinkan jika kita tinjau lebih dalam bagaimana kondisi yang ada di bumi pertiwi ini. Bahkan bisa dikatakan sebenarnya, generasi muda kita terjajah oleh kecanggihan teknologi. Modernisasi yang dinggap sebagai westernisasi telah menggerus budaya tradisional yang ada di Indonesia. Kemelut yang terjadi di Indonesia dikarenakan hilangnya kebudayaan asli bangsa Indonesia yang telah terkontaminasi oleh budaya barat, sehingga bangsa ini seperti kehilangan jati diri budayanya.
Di era globalisasi seperti saat ini, memang kemajuan di bidang teknologi dan perkembangan dunia internet dapat dikatakan sebagai pemicu hilangnya permainan tradisional di Indonesia. Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau memiliki kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Di beberapa daerah bahkan ada jenis permainan yang sama, meskipun namanya berbeda. Permainan tradisional adalah warisan kekayaan yang perlu dilestarikan. Terlebih lagi aneka permainan tradisioal itu mengandung nilai-nilai positif bagi kehidupan anak.
Globalisasi sendiri membawa dampak positif dan negatif bagi kehidupan di masyarakat. Salah  satu dampak positifnya adalah memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dan bertukar informasi secara cepat dan mudah. Sedangkan salah satu dampak negatifnya adalah budaya luar yang negatif dapat dengan mudah masuk ke ruang lingkup masyarakat. Yang menjadi masalah yang paling pokok akibat atau dampak lainnya adalah budaya Indonesia sendiri di lupakkan oleh generasi muda. Sehingga budaya Indonesia mulai luntur atau dilupakkan oleh generasi muda Indonesia termasuk permainan tradisional.
Anak-anak saat ini lebih mengenal permainan point blank, angry bird, pokopang, dan GTA jika dibandingkan dengan petak umpet, dakon, bentengan, gobak sodor dll. Berbagai permainan modern dinilai lebih menarik bagi kaum anak-anak karena menghadirkan visualisasi serta tantangan tersendiri. Namun tanpa disadari pola bermain yang demikian memiliki beberapa sisi negatif, baik dari sisi kesehatan fisik maupun psikis. Gangguan pada mata, obesitas, efek radiasi dari smartphone serta kecanduan game online sudah menjadi hal yang wajar ditemui pada anak-anak yang hidup di kota-kota besar. Yang lebih mengkhawatirkan adalah gangguan psikis yang dapat dialami oleh pecandu game online. Saat ini juga banyak game yang dimainkan oleh anak-anak mengandung kekerasan, dampak dari permainan ini bisa membentuk anak menjadi seorang pemberontak, keingintahuan yang besar terhadap segala sesuatu yang dilarang, serta memiliki kelakuan yang kadang sulit diterima masyarakat.
Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Kaiser Family Foundation terhadap 2.032 anak-anak dengan usia antara 3 tahun sampai 12 tahun mengenai seberapa sering anak-anak tersebut bermain video games atau game di komputer. Ternyata didapatkan 73 persen anak laki-laki berusia 8 tahun sampai 10 tahun rata-rata bermain game satu jam per hari dan hampir 68 persen anak usia 12 tahun sampai 14 tahun bermain game untuk usia 17 tahun ke atas.
Berbeda dengan permainan modern, beberapa permainan tradisional memiliki banyak manfaat yang mungkin kurang begitu disadari oleh masyarakat di Indonesia. Permainan seperti petak umpet, galasin atau gobak sodor, gasing, kasti, yoyo, balap karung, dakon, lompat tali, bola bekel dan congklak memang memiliki manfaat baik dari sisi fisik ataupun perkembangan psikis anak. Anak dapat menjadi kreatif, dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, mengembangkan kecerdasan emosi dan antarpersonal anak, mengembangkan kecerdasan logika, mengembangkan kecerdasan musikal, dan kebersamaan selalu terjaga karena pada umumnya permainan tradisional melibatkan banyak orang. Selain itu permainan seperti bentengan, petak umpet, kasti dan gobak sodor mengandung aspek olahraga yang menuntut anak-anak untuk bergerak sehingga permainan tradisional dapat membantu mengurangi obesitas pada anak.
Sudahkah kita memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak? Pada kenyataannya, banyak orang tua yang tidak mengenalkan permainan tradisional kepada anaknya. Banyak faktor yang ikut mempengaruhi seperti kurang ketersediaannya lahan untuk bermain. Lahan kosong telah berubah menjadi apartemen dan ruko sehingga permainan tradisional yang membutuhkan banyak ruang kosong untuk dimainkan tidak dapat kita saksikan lagi. Selain itu, banyak orang tua yang terlalu overprotective kepada anaknya. Mereka khawatir jika anaknya terluka atau berkotor-kotoran saat mereka bermain di tempat yang kurang terjamin. Banyak orang tua yang lebih memilih membelikan playstation, komputer dan tablet untuk mengganti pola bermain anak-anak mereka sehingga anak mereka dapat bermain dengan aman.
Kita sebagai orang tua atau masyarakat yang mencintai kebudayaan Indonesia harus bijaksana dalam menyeimbangkan permainan tradisional dan permainan modern. Anak-anak memang harus mengikuti perkembangan jaman karena biar bagaimanapun juga itu sudah menjadi tuntutan yang ada untuk saat ini, perkembangan teknologi terus berkembang, tetapi nilai-nilai kebudayaan dan permainan tradisional tidak boleh dilupakan. Permainan tradisional juga bisa dipadukan dengan kemajuan teknologi. Contohnya dengan mengembangkan atau membuat permainan tradisional dalam bentuk digital (software). Bukan tidak mungkin, anak-anak dapat bermain congklak, gobak sodor dalam versi digital. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, kita juga memperkenalkan permainan tradisional kepada generasi saat ini meskipun dalam bentuk digital.
Upaya melestarikan permainan tradisional tidak hanya menjadi tugas orang tua, namun menjadi tugas kita sebagai warga negara Indonesia. Sebenarnya kebudayaan yang masih bertahan dapat menjadi daya tarik dalam hal pariwisata di Indonesia. Kebudayaan asli Indonesia, baik tarian, permainan tradisional, rumah adat dapat menjadi penyumbang pendapatan jika berbagai kebudayaan tersebut dijadikan sebagai objek wisata. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengawas sekaligus pembimbing harus lebih aktif dalam menekankan pendidikan tentang budaya Indonesia. Mata pelajaran yang berkaitan dengan kebudayaan dan bahasa daerah tidak boleh dihilangkan atau diganti dengan mata pelajaran baru. Pendidikan karakter diperlukan dan harus diterapkan. Generasi muda harus segera disadarkan bahwa budaya dari luar yang negatif dapat menghancurkan negara kita sendiri. Selain itu cara pendidikan tentang budaya Indonesia harus dengan cara yang menarik agar generasi muda menjadi tertarik untuk mempelajarinya.
Oleh sebab itu mari kita bersama-sama memperkenalkan dan melestarikan pemaian tradisional. Walaupun sepertinya sulit karena sudah tergerus oleh permainan modern, tapi semoga saja anak-anak kita masih bisa melihat bahkan memainkan permainan tradisional. Kalau bukan kita semua yang melestarikan peramainan tradisional siapa lagi?

{ 2 komentar... read them below or Comment }

Copyright © Bons_Berry -Black Rock Shooter- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan